Penjelasan Hadits Arbain ke-7 Agama adalah Nasihat
Insan Kamil Kota Bima - Penjelasan Hadits Arbain ke-7 "Agama adalah Nasihat"
Dari Abu Ruqayyah, Tamim bin Aus ad-Dari Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Agama adalah nasihat -tiga kali-.” Kami bertanya, “Untuk siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, KitabNya, RasulNya, dan untuk para pemimpin kaum Muslimin serta kaum Muslimin pada umumnya.” HR. Muslim No. 55
Kandungan hadits
Nasihat dalam hadits ini memiliki arti yang lebih luas. Al Khaththabi rahimahullahu ta’ala menjelaskan, bahwa nasihat dalam hadits ini artinya adalah menginginkan kebaikan untuk obyek nasihat kita. Sementara Ibnu Sholah rahimahullahu ta’ala menyebutkan bahwasanya yang dimaksud dengan nasihat adalah melakukan kebaikan-kebaikan yang berhubungan dengan obyek nasihat kita. Sedangkan di dalam Bahasa Arab, nasihat itu artinya adalah membersihkan, menyucikan, atau memurnikan.
Kesimpulan isi hadits
1. Nasihat untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Salah satu contohnya adalah mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Baik dengan tauhid rububiyyah, uluhiyyah, dan asma’ wa shifat. Kemudian melakukan ketaatan kepadaNya, ikhlas dalam menjalankan ibadah kepadaNya, mencintai karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, membenci karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, berjihad melawan orang-orang kafir, dan berdakwah.
2. Nasihat untuk kitab-kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antaranya adalah mengimani bahwasanya kitab-kitab tersebut adalah wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diturunkan kepada para nabi dan rasul untuk dijadikan sebagai petunjuk dan pedoman dalam kehidupan hamba-hambaNya. Kemudian menghormatinya, tidak meletakkan di tempat yang merendahkannya, menyucikannya dari sifat-sifat yang tidak layak, membacanya dengan bacaan yang baik, berusaha memahami kandungan ayat-ayat Al-Qur’an, mengamalkan apa yang telah kita pahami, serta membela Al-Qur’an dari orang-orang yang menentangnya/ menghinakannya.
3. Nasihat untuk rasul-rasulNya. Maknanya yaitu beriman kepada para rasul Allah Subhanahu wa Ta’ala, secara khusus yaitu beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau adalah rasul akhir zaman yang diutus untuk semua umat manusia yang hidup sampai akhir zaman. Akan tetapi kita tidak meyakini para rasul sebagai tuhan, keluarga tuhan, anak tuhan, atau yang lainnya. Kita meyakini bahwa para rasul adalah juga hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadi kita tidak mengkultuskannya secara berlebihan. Kita tidak juga merendahkan/ menghinakan sebagaimana sebagian umat-umat terdahulu yang menghinakan rasulNya, bahkan membunuhnya. Makna lainnya adalah berakhlak dengan akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, serta mencintai keluarga dan para sahabat beliau.
4. Nasihat untuk para pemimpin umat Islam. Yang dimaksud dengan pemimpin adalah orang yang mempunyai kuasa atas suatu wilayah, serta orang yang memiliki kedaulatan di sebuah negara/ wilayah yang mana semua urusan di negara tersebut berada di bawah tampuk/ komandonya. Maka kita wajib berbai’at kepadanya, taat dan patuh kepadanya, meskipun mungkin barangkali dia bukan sosok yang ideal ataupun dipilih dengan cara yang tidak syar’i.
Nasihat di sini juga bermakna menegur saat mereka salah, dan memberi petuah/ wejangan/ peringatan kepada mereka agar mereka menjalankan amanah dengan baik.
Di antara bentuk nasihat kepada para pemimpin adalah mendukung mereka di atas kebenaran, mentaati mereka dalam kebaikan, wajib menasehati mereka dengan lemah lembut dan secara tertutup (empat mata), mendoakan mereka dengan kebaikan, serta tidak mengkudeta/ memberontak kepada mereka selama mereka adalah muslim.
5. Nasihat untuk orang awam dalam kalangan umat Islam. Di antaranya adalah memberikan mereka petunjuk kepada maslahat mereka, menegur mereka saat mereka berbuat salah dalam keadaan menyendiri (tidak di depan umum), membantu dalam urusan dunia mereka dalam kebaikan, mengajari mereka dalam urusan dunia dan agama mereka, menutupi aib mereka, peduli pada kebutuhan mereka yang fakir miskin, membela mereka, dan tidak berbuat curang kepada mereka. Wallahu a’lam.
Sumber : ngaji.id