Penjelasan Hadits Arbain ke-2 Pengertian Islam, Iman, dan Ihsan
Insan Kamil Kota Bima - Penjelasan Hadits Arbain ke-2 Pengertian Islam, Iman, dan Ihsan (Sabtu, 28/10/2023)
Dari ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Pada suatu hari ketika kami duduk di sisi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tiba-tiba datanglah kepada kami seorang laki-laki yang sangat putih pakaiannya, sangat hitam rambutnya, tidak terlihat padanya bekas perjalanan jauh, dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya. Kemudian ia menghapiri Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lalu menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau, dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya seraya mengatakan, ‘Wahai Muhammad, kabarkan kepadaku tentang Islam.’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, ‘Islam ialah kamu bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan menunaikan haji ke Baitullah jika kamu mampu menempuh perjalanan kepadanya.’ Ia berkata, ‘Kamu benar’,”
‘Umar berkata, “Kami heran kepadanya, ia bertanya kepadanya dan membenarkannya. Ia berkata lagi, ‘Kabarkan kepadaku tentang iman.’ Beliau menjawab, ‘Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, Hari Akhir, dan beriman kepada qadar, baik dan buruknya.’ Ia berkata, ‘Kamu benar.’ Ia berkata, ‘Kabarkan kepadaku tentang ihsan.’ Beliau menjawab, ‘Kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihatNya. Jika kamu tidak melihatNya, maka Dia melihatmu.’ Ia berkata, ‘Kabarkan kepadaku tentang Kiamat.’ Beliau menjawab, ‘Orang yang ditanya tentang Kiamat tidaklah lebih tahu dibandingkan orang yang bertanya.’ Ia berkata, ‘Kabarkan kepadaku tentang tanda-tandanya.’ Beliau menjawab, ‘Bila sahaya wanita melahirkan tuannya, dan bila kamu melihat orang-orang yang berjalan tanpa alas kaki, tidak berpakaian, fakir, dan penggembala kambing bermegah-megahan dalam bagunan’.”
‘Umar berkata, “Kemudian laki-laki itu pergi, tapi aku masih diam di situ cukup lama. Kemudian beliau bertanya kepadaku, ‘Wahai ‘Umar, tahukah kamu siapakah orang yang bertanya tadi?’ Aku menjawab, ‘Allah dan RasulNya yang lebih tahu.’ Beliau bersabda, ‘Ia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang agama kalian’.” HR. Muslim No. 8
Kesimpulan isi hadits :
Bahwasanya di antara cara Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan agamaNya kepada umat ini adalah dengan mengutus para malaikat yang menampakkan wujud seperti wujud manusia, kemudian bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Adab dalam menuntut ilmu yang diajarkan oleh Jibril ‘alaihissalam, yang mana beliau mendekat kemudian merapatkan lutut beliau kepada lutut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan meletakkan kedua tangannya di atas paha Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini adalah cara duduk yang beradab. Maka hendaknya seorang penuntut ilmu juga menerapkan adab seperti ini dalam majelis-majelis ilmu. Bahkan para ulama menyebutkan bahwasanya seorang penuntut ilmu harus belajar adab dahulu sebelum belajar ilmu.
Islam adalah amalan-amalan lahir yang rukunnya ada 5, yakni ; syahadat, sholat, zakat, puasa Ramadhan, dan haji bagi yang mampu. Kemudian rukun iman itu ada 6, yakni; beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, Hari Akhir, dan kepada takdir. Jangan sampai seorang muslim melewatkan 6 rukun iman ini. Dan juga berusaha untuk menyempurnakan rukun Islamnya, paling tidak, yang tidak disyaratkan kemampuan padanya yakni syahadat, sholat, dan puasa Ramadhan.
Adapun tingkatan Islam yang ketiga adalah ihsan. Yang juga memiliki 2 tingkatan, yaitu; beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seolah-olah kita melihat Dia. Atau jika tidak mampu, kita beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menghadirkan perasaan dan keyakinan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala sedang melihat kita saat kita sedang menjalankan ibadah tersebut.
Tidak ada yang mengetahui kapan Hari Kiamat akan terjadi, kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun tanda-tandanya ada banyak. Kita harus mengimani tanda-tanda tersebut. Dan di antara tanda-tanda tersebut adalah yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits ini, yaitu adanya budak wanita yang melahirkan anak (tuan)nya. Dan adanya orang-orang yang awalnya miskin tidak memiliki apa-apa kemudian menjadi kaya raya dan berlomba-lomba dalam meninggikan bangunan mereka.
Ini adalah kandungan dari hadits yang kedua ini yang juga sangat penting. Ini menunjukkan bahwasanya hadits-hadits al-Arba’in an-Nawawiyah ini adalah hadits-hadits pokok dalam agama, yang setiap muslim harus mempelajarinya sebelum yang lain. Ini adalah hadits-hadits prioritas untuk dipelajari. Maka semoga kita semakin semangat untuk meneruskan kajian ini.Wallahu a’lam.
sumber : Ngaji.id